Senin, 11 April 2011

Makalah Penyimpangan Sosial


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang Masalah
Penulisan pembuatan makalah yang berjudul SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERILAKU MENYIMPANG karena materi ini sangat bersangkutan dengan materi Sosiologi yang menjadi dasar pembuatan makalah ini.
Seperti yang kita ketahui bahwa perilaku menyimpang banyak terjadi di masyarakat luas. Bahkan semakin berkembangnya zaman sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang semakin beragam.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengatuhi terjadinya penyimpangan yang akan di jabarkan penulis dan di perjelas penulis dalam makalah ini.
Melalui tulisan ini, penulis ingin menjabarkan sebab-sebab terjadinya perilaku menyimpang dan akan memperjelasnya.
1.2              Pembatasan Masalah
Bagian ini meliputi dua hal: 1) Pembatasan Istilah dan 2) Rumusan Masalah
1.2.1    Pembatasan Istilah
Ada beberapa istilah yang didapat dalam pengumpulan data :
                        Norma             : Aturan yang berlaku dalam masyarakat
                        Proses              : Runtunan perubahan (peristiwa)
                        Sosialisasi        : Proses belajar seorang anggota masyarakat
                        Integritas         : Keadaan yang menunjukan kesatuan yang utuh
Menyimpang      : membelok menempuh jalan yang salah

1.2.2    Rumusan Masalah
            1.2.2.1 Apa saja sebab-sebab perilaku menyimpang?
            1.2.2.2 Apa saja bentuk-bentuk penyimpangan dan contohnya?
            1.2.2.3 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku menyimpang?
1.3       Tujuan Penulisan
                        1.3.1 Menyebutkan sebab-sebab perilaku menyimpang
                        1.3.2 Menyebutkan bentuk-bentuk penyimpangan dan contohnya
                        1.3.3 Menyebutkan faktor yang mempengaruhi perililaku menyimpang
1.4       Metode Pengumpulan Data
             1.4.1   Studi Pustaka
Penulis membaca dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan objek penulisan.
            1.4.2    Interview
                        Mengumpulkan data dengan cara melakukan wawancara dengan narasumber
1.5       Sistematika Penulisan
            Karya tulis ini memuat
1.5.1 Bab I Pendahuluan
Bab ini memuat latar belakang masalah, pembatasan masalah ( meliputi pembatasan istilah dan rumusan masalah), tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
1.5.2 Bab II Pembahasan
          Bab ini mengungkapkan pembahasan masalah yang bersumber pada data-data yang diperoleh dari hasil penelitian. Bagian ini dapat dipecah-pecah menjadi beberapa subbab berdasarkan topik-topik tertentu.















BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Sebab-Sebab Perilaku Menyimpang
a.       Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan
Karena ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadiannya maka seorang individu tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas.ini mungkin juga mengalami proses sosialisasi yang tidak sempurna.
b.      Proses belajar yang menyimpang
Mekanisme proses belajar perilaku menyimpang sama halnya dengan proses belajar lainnya. Namun kadangkala proses elajar perilaku menyimpang ini dipelajari dari orang yang sudah ahli atau berpengalaman.
c.       Ketegangan antara kebudayaan dan struktur social
Setiap masyarakat tidak hanya memiliki tujuan-tujuan yang dianjurkan oleh kebudayaan tetapi juga cara-cara yang diperkenankan oleh kebudayaan tersebut untuk mencapai tujuan tersebut. Apabila seseorang tidak diberi peluang maka ia akan memilih cara-cara yang menyimpang dalam memenuhi kebutuhan hidup
d.      Ikatan social yang berlain-lainan
Setiap orang biasanya berhubungan dengan beberapa kelompok yang berbeda. Hubungan dengan kelompok-kelompok tersebut akan cenderung membuatnya mengidentifikasi diri dengan kelompokyang paling dihargainya. Dalam hubungan ini individu akan memperoleh pola-pola sikap dari perilaku kelopoknya. Jika perlaku kelompok tersebut menyimpang maka kemungkinan besar ia juga akan menunjukkan pola-pola perilaku menyimpang.
e.       Akibat proses sosialisasi nilai-nilai subkebudayaan yang menyimpang.
Proses sosialisasi dapat terjadi karena sengaja maupun tidak sengaja. Perilaku menyimpang seringkali merupakan akibat dari sosialisasi yang sengaja maupun tidak sengaja. Perilaku menyimpang merupakan hasil sosialisasi tidak senagaj missal anak menjadi buruk kebiasaannya melalui acara televise ataupun membaca buku atau kadangkala anak melihat perilaku menyimpang dari orang tua atau lingkungan sekitar. Sedangkan perilaku menyimpang secara sengaja dapat terjadi melalui kelompok-kelompok gelap yang tujuannya benar-benar mengajarkan penyimpangan

2.2  Bentuk-Bentuk Penyimpangan dan Contohnya
2.2.1    Berdasarkan Intensitasnya
2.2.1.1      Penyimoangan Primer (Primari Deviation)
Yaitu perilaku menyimpang yang pertama kali dilakukan seseorang. Bisa juga diartikan penyimpangan yang dilalkuakan hanya bersifat temporer atau hanya pada waktu-waktu tertentu saja dan tidak berulang-ulang. Contohnya seorang warga masyarakat terpaksa mencuri karena tidak bekerja dan harus memebeli obat untuk anaknya yang sakit.
2.2.1.2      Penyimpangan Sekunder (Secondari Deviation)
Yaitu perilaku menyimpang yang merupakan pengulangan dari penyimpangan sebelumnya atau penyimpangan sosial yang dilakukan berulang kali dan secara khas memperlihatkan perilaku menyimpang. Contoh penyimpangan sekunder antara lain orang yang mempunyai kebiasaan mabuk atau minum-minuman keras, pencuri kambuhan, dan sebagainya.
2.2.2     Berdasarkan Sifatnya
2.2.2.1      Penyimpangan Positif
Penyimpangan Positif adalah penyimpangan yang mengarah kepada nilai-nilai ideal atau yang didambakan dalam masyarakat tetapi tidak atau belum dietrima oleh warga masyarakat karena waktunya kurang tepat. Akibatnya orang yang melakukan penyimpangan sosial positif ini akan mendapat celaan.
2.2.2.2      Penyimpangan Negatif
Penyimpangan negatif adalah penyimpangan yang mengarah kepadai nilai-nilai yang dipandang rendah, tercela dan melanggar pedoma-pedoman dalam masyarakat. Penyelewengan negatif ini dinilai sebagai perbuatan yang di bawah standar hidup masyarakat. Artinya orang yang melakukan penyimpangan negatif ini kedudukannya di masyarakat sangat rendah bahkan tidak dapat diterima.

2.2.3    Berdasarkan Tempat atau Ruang Lingkupnya
2.2.3.1      Penyimpangan Sosial Dalam Keluarga
Penyimpangan sosial dalam keluarga adalah penyimpangan sosial yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Pelaku penyimpangan dalam hal ini adalah anggota keluarga, bisa anak, ibu atau ayah. Contoh penyimpangan dalam keluarga yaitu seorang Ibu tidak lagi mengurus urusan keluarga justru mementingkan diri sendiri, ikut fitnes, sering ngobrol tanpa mengingat waktu, dan sebagainya.
2.2.3.2      Penyimpangan Sosial Dalam Masyarakat
Penyimpangan sosial dalam masyarakat adalah penyimpangan sosial yang terjadi dalam mayrarakat. Penyimpangan sosial dalam mayrarakat terjadi jika seseorang atau kelompok orang anggota masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan kaidah-kaidah atau aturan dalam masyarakat. Beberapa contoh penyimpangan yang terjadi dalam masyarakat antara lain: terjadinya peristiwa pembunuhan, pencurian, pemerkosaan dan lain sebagainya.
2.2.4    Berdasarkan Pelakunya
2.2.4.1      Individual (Individual Deviation)
Penyimpangan individual yaitu penyimpangan  yang dilakukan oleh seseorang yang telah mengabaikan dan menolak norma-norma yang telah berlaku dalam kehidupan masyarakat. Misalnya seorang anak yang membunuh ibunya, seorang ayah yang memperkosa ibunya, Penyimpangan dan lain sebagainya.
2.2.4.2      Penyimpangan Kelompok (Group Deviation)
Penyimpangan kelompok yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok, padahal norma tersebut bertentangan dengan norma masyarakat yang verlaku pada umunya. Misalnya: perkelahian pelajar atau tawuran pelajar.
2.2.4.3      Penyimpangan Campuran (Mixture Of Both Deviation)
Yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh golongan sosial yang terorganisir secara rapi, sehingga individu ataupun kelompok di dalamnya tunduk dan taat pada norma-norma golongan. Padahal secara keseluruhan mereka mengabaikkan norma-norma masyarakat yang berlaku. Misalnya: “Kapak Merah” merupakan kelompok perampok/penjabret yang terorganisir secara rapiu. Mereka menjalankan aksinya di persimpanganlampu merah yang ada di Jakarta
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan
2.3.1    Faktor dari Dalam
2.3.1.1 Intelegensi
Setiap orang mempunyai intelegensi yang berbeda-beda. Perbedaan intelegensi ini berpengaruh dalam daya serap terhadap norma-norma dan nilai-nilai sosial. Orang yang mempunyai intelegensi tinggi umumnya tidak kesulitan dalam bergaul, belajar, dan berinteraksi di masyarakat. Sebaliknya orang yang intelegensinya di bawah normal akan mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di masyarakat. Akibatnya terjadi penyimpanganpenyimpangan, seperti malas belajar, emosional, bersikap kasar, tidak bisa berpikir logis. Contohnya, ada kecenderungan dalam kehidupan sehari, anak-anak yang memiliki nilai jelek akan merasa dirinya bodoh. Ia akan merasa minder dan putus asa.
Dalam keputusasaannya tersebut, tidak jarang anak yang mengambil penyelesaian yang menyimpang. Ia akan melakukan segala cara agar nilainya baik, seperti menyontek.
2.3.1.2 Jenis kelamin
Perilaku menyimpang dapat juga diakibatkan karena perbedaan jenis kelamin. Anak laki-laki biasanya cenderung sok berkuasa dan menganggap remeh pada anak perempuan.
Contonya dalam keluarga yang sebagian besar anaknya perempuan, jika terdapat satu anak laki-laki biasanya minta diistimewakan, ingin dimanja.
2.3.1.3 Umur
Umur memengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya.
Namun demikian, kadang kita jumpai penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh orang yang sudah berusia lanjut, sikapnya seperti anak kecil, manja, minta diistimewakan oleh anak-anaknya.
2.3.1.4 Kedudukan dalam keluarga
Dalam keluarga yang terdiri atas beberapa anak, sering kali anak tertua merasa dirinya paling berkuasa dibandingkan dengan anak kedua atau ketiga. Anak bungsu mempunyai sifat ingin dimanjakan oleh kakak-kakaknya maupun orang tuanya.
Jadi, susunan atau urutan kelahiran kadang akan menimbulkan
pola tingkah laku dan peranan dari fungsinya dalam keluarga.
2.3.2    Faktor Dari Luar (Ekstrinsik)
2.3.2.1 Peran keluarga
Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Orang tua yang sibuk dengan kegiatannya sendiri tanpa mempedulikan bagaimana perkembangan anak-anaknya merupakan awal dari rapuhnya pertahanan anak terhadap serangan penyakit sosial.
Sering kali orang tua hanya cenderung memikirkan kebutuhan lahiriah anaknya dengan bekerja keras tanpa mempedulikan bagaimana anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan alasan sibuk mencari uang untuk memenuhi kebutuhan anaknya. Alasan tersebut sangat rasional dan tidak salah, namun kurang tepat, karena kebutuhan bukan hanya materi saja tetapi juga nonmateri. Kebutuhan nonmateri yang diperlukan anak dari orang tua seperti perhatian secara langsung, kasih sayang, dan menjadi teman sekaligus sandaran anak untuk menumpahkan perasaannya.
Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dari keluarga yang tidak harmonis.
Kasih sayang dan perhatian anak tersebut cenderung diabaikan oleh orang tuanya. Oleh sebab itulah, ia akan mencari bentuk-bentuk pelampiasan dan pelarian yang kadang mengarah pada hal-hal yang menyimpang. Seperti masuk dalam anggota genk, mengonsumsi minuman keras dan narkoba, dan lain-lain. Ia merasa jika masuk menjadi anggota genk, ia akan diakui, dilindungi oleh kelompoknya. Di mana hal yang demikian tersebut tidak ia dapatkan dari keluarganya.
2.3.2.2 Peran masyarakat
Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anak dari lingkungan keluarga akhirnya berkembang ke dalam lingkugan masyarakat yang lebih luas. Ketidakmampuan keluarga memenuhi kebutuhan rohaniah anak mengakibatkan anak mencari kebutuhan tersebut ke luar rumah. Ini merupakan awal dari sebuah petaka masa depan seseorang, jika di luar rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.
Pola kehidupan masyarakat tertentu kadang tanpa disadari oleh para warganya ternyata menyimpang dari nilai dan norma sosial yang berlaku di masyarakat umum. Itulah yang disebut sebagai subkebudayaan menyimpang. Misalnya masyarakat yang sebagian besar warganya hidup mengandalkan dari usaha prostitusi, maka anak-anak di dalamnya akan menganggap prostitusi sebagai bagian dari profesi yang wajar. Demikian pula anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat penjudi atau peminum minuman keras, maka akan membentuk sikap dan pola perilaku menyimpang.
2.3.2.3 Pergaulan
Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Akibatnya terjadi pola tingkah laku yang menyimpang pada diri anak tersebut. Misalnya di suatu kelas ada anak yang mempunyai kebiasaan memeras temannya sendiri, kemudian ada anak lain yang menirunya dengan berbuat hal yang sama. Oleh karena itu, menjaga pergaulan dan memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.
2.3.2.4 Media massa
Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat memengaruhi perkembangan perilaku individu.
Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan perilaku menyimpang.

BAB III
PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Setelah mempelajari tentang sebab-sebab prilaku menyimpan dalam masyarakat,
            maka dapat disimpulkan bahwa:
·                    Perilaku menyimpang tidak hana disebabkan karena 1 faktor saja, tetapi banyak hal yang bisa mempengaruhi perilaku menyimpang yang semua bersifat negatif.
·                    Perilaku menimpang tidak hanya berakibat buruk bagi diri sendiri, tetapi berdampak negatif bagi orang banyak di sekitar kita.
·                     Peran orang tua adalah peran yang palung besar dalam mempengaruhi sikap-sikap dalam individu seseorang.
3.2       Saran
Untuk mengurangi sikap menyimpang pada individu sebaiknya pemerintah dan
orang tua melakukan:
·                    Memperketat hukum yang berlaku
·                    Tidak membiarkan anak terlalu bebas dalam bergaul
·                    Selalu mengawasi anak berteman

1 komentar: